Pada artikel sebelumnya, kita mengetahui adanya tanah androsol yang kaya unsur hara. Tidak ketinggalan juga, Wonosobo memiliki tanah Regosol. Tanah ini merupakan jenis tanah yang merupakan butiran kasar yang berasal dari material erupsi gunung berapi  hasil dari peristiwa vulkanisme. Tanah Regosol merupakan tanah yang berupa tanah aluvial yang diendapkan dan menyimpan materi berupa abu vulkanik.

Tanah regosol mempunyai sifat subur mempunyai tekstur tanah yang kasar, butiran- butiran kasar, mempunyai sifat peka terhadap erosi tanah  berwarna keabuan, kaya unsur hara, cenderung gembur, mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi, serta mudah terkena erosi.

Kopi yang ditanam di tanah Regosol

Di Wonosobo, Tanah Regosol terdapat di Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Watumalang dan Kecamatan Garung. Tanah ini mempunyai kelebihan sebagai media tanam bagi tanaman-tanaman tertentu. Memang tidak semua tanaman cocok ditanam di tanah regosol, namun untuk urusan pertanian merupakan yang paling banyak menjadi jawaban. Tanah ini mempunyai sifat sangat subur. Beberapa jenis tanaman yang cocok ditanam pada tanah regosol ini antara lain Padi, Kelapa, Tembakau, Tebu, Sayur- sayuran.

Tanah ini di Kecamatan Garung digunakan untuk penanaman sayuran, sementara untuk kecamatan Selomerto digunakan untuk penanaman padi sebagai alternative terbaik dalam penggunaan tanah regosol ini.    

Untuk tanah regosol di Wonosobo daerah Watumalang di gunakan untuk penanaman tembakau, bila musimnya sudah selesai digunakan untuk menaman sayuran. Namun saat ini, di beberapa daerah di Wilayah Watumalang sudah mulai di tanami kopi jenis arabika.

Khusus untuk wilayah Watumalang, lahan percontohan yang digunakan adalah wilayah kelurahan Wonoroto.  Karena beberapa tahun silam, kopi di Wonoroto cukup melimpah. Ditambah kondisi alam sangat mendukung untuk budi daya kopi unggulan. Hal ini membuat adanya usaha menggelorakan penanaman kopi, karena nilai jualnya terus mengalami tren positif

Untuk meningktakan hasil kopi Sistem kerja sama dilakukan, Pemerintah Kelurahan Wonoroto menyediakan lahan bengkok 10 hektare, 10.000 bibit kopi jenis arabika dan 10 ton pupuk. Pengelolaan bibit kopi diserahkan seutuhnya kepada para petani penggarap. Pengelolaannya mengembangkan sistem pertanian tumpang sari bersama tanaman palawija Sementara bibit kopi dirawat dan dijaga hingga besar.

Program ini merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan para petani sekitar. Melalui penanaman kopi, Kelurahan berupaya melakukan penghijauan lahan agar dampak kerusakan lingkungan tidak semakin parah. Hal itu mengingat, kondisi geografis wilayah Wonoroto yang berbukit dan lembah, memiliki potensi terjadinya tanah bergerak atau longsor.

Ayo Chat
Chat dengan kami
Hai
Ada yang bisa kami bantu?